Night:)
Malam ini aku ngepost cerpen yang dulu adalah tugas bahasa Indonesia saat aku kelas 9 SMP:) Dan aku mohon sama kalian yang mau copy-paste cerpen ini, dikasih atas nama Yufianti bisa kan? Kalian taulah, rasanya nyeseknya saat karya kita diplagiatin. Ya kan? Jadi, saya minta tolong diatas namakan Yufianti Ramadani Tubagus.
Terima kasih telah mengerti dan Terima kasih pula atas kunjungannya:)
RAHASIA FAREL
Pagi
cerah, hari baru, semangat baru dan harapan baru. Aku bangun dengan wajah cerah
dan berdiri di depan jendela untuk menatap langit biru di pagi indah ini.
Bergegas aku ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh dan berganti pakaian menjadi
seragam sekolah dengan rok kotak-kotak berwarna biru tua. Aku mengepang
rambut ku menjadi dua dan memakaikan bando yang warnanya senada dengan rok
sekolahku. Dengan sigap aku menuruni tangga dan duduk di bangku meja makan untuk
sarapan dengan makanan yang telah disiapkan Bi Inah untuk ku seorang. Jam
segini sih bunda ayah sudah pergi
ke kantor mereka masing-masing. Aku, Viola Rahmah Viviantia, Tiap pagi hari
dihari kerja seperti ini selalu sendiri. Umm,
hanya ditemani Bi Inah SAJA.
Jam 06.45 aku bergegas
pergi kesekolah dengan mengendarai sepeda motor yang diberikan Ayah untukku.
Aku memasuki kelas dengan ceria dan melihat wajah-wajah yang sedang bahagia
(Sebenarnya sih ada satu dua orang
yang terlihat tidak bersemangat)
○
♡ ○ ♡ ○
Bel
istirahat berdentang keras. Murid-murid dari kelas dengan semangatnya menuju
kantin luas sekolah berstandar Internasional ini. Dan aku hanya
berjalan lamban menuju taman bunga dibelakang kelas.
“Brak!”, novel yang tadi
ada digenggamanku sekarang berpindah diatas tanah berlumpur itu. Orang yang
menabrakku tadi pun hanya berdiri diam dengan tatapan kasihan kepada novelku.
“Isshi 1... Punya matakan? Dipakai yang benar dong! Asal
aja!” Sambarku sambil jongkok untuk mengambil novelku, dengan jijik aku
mengangkatnya dari lumpur itu.
“Ah, mianhae 2 .. Aku tidak sengaja.” Jawabnya
dengan tatapan yang masih sama.
“Uh..
“ Aku berdiri dan pergi kembali kekelas dengan wajah cemberut. Tiba-tiba aku
merasa lengan ku dipegang. Langkahku terhenti. Kulihat kebelakang, dia lagi!
Mau apa lagi sih cowok itu? Tidak
cukupkah buat aku kecewa dengan menjatuhkan novelku diatas lumpur menjijikan
itu.
“Maaf. Maafkan aku,
kumohon ... Aku tidak sengaja”, dia berkata dengan wajah yang sok dibuat memelas. “Ayolah. Gini saja deh, aku akan memenuhi tiga
permintaanmu, asalkan kamu memaafkanku.” Lanjutnya. Dan aku hanya mengangguk
setuju. Dan kita saling bertatapan dalam diam. Dia mengulurkan tangannya. Aku
melihat tangannya, lalu menatap kembali matanya.
“Aku Farel. Emm.. Farel
Divolion.” Ya, aku mengerti maksudnya. Dia mengajakku berkenalan.
“Aku Viola Rahmah
Viviantia. Pangil saja Vio.”
“Nama yang indah, seperti
orangnya. Dan juga panjang tentunya.” Jawabnya sambil cengengesan, mungkin
menahan tawa. Ah! Aku lupa, dari tadi
tangan kita berjabat terus. Dengan sigap aku menarik tanganku yang dipegang
erat olehnya, dan bergegas pergi meninggalkannya tanpa mau tau apapun itu.
○ ♡
○ ♡ ○
Senang
sekali bisa kembali ke rumah nyaman milik orangtua ku ini. Berlari aku menaiki
tangga, menuju istana pribadi
milikku. Istana ku ini berwarna dasar pink tua dengan hiasan bergambar Hello
Kitty yang lumayan besar tepat di dinding depan ranjangku. Ranjangku ada di
tengah-tengah ruangan. Didepan ranjang, ada karpet berbentuk Hello Kitty yang
halus sekali. Tidak salah kalau teman-teman sangat kerasan didalam kamarku saat kerja kelompok, lah kamarku nyaman banget kok.
Setalah
aku berganti baju, aku bergegas keruang makan dan melihat menu makan siang
untuk hari ini. Bi Inah hanya membuatkan ku Gado-Gado. Tak apalah, semua akan
terasa enak jika perut lapar dan juga harus mensyukuri apapun yang diberikan
Tuhan.
Tepat saat aku selesai
makan, handphone ku berdering yang
bertanda ada telpon masuk. Nomor pribadi. Dengan malas aku mengangkat telpon
masuk itu.
“Halo. Siapa ini?” Tanya
ku
“Halo, Vio ... Ini aku,
Farel. Yang tadi itu.”
“Oh, elo .. Mau apa lagi?”
suara ku meninggi.
“Aku hanya ingin bertemu
kamu. Di taman kota. Iseng-iseng aja ngajak
kamu ketemuan.”
“Emm.. boleh, jam brapa?”
“Jam 10 malam.”
“Kenapa harus semalam itu?
Kenapa gak nan---.” Belum aku menyelesaikan kata-kataku, Farel sudah mematikan
sambungan telpon kami. Uh! Menjengkelkan!
○ ♡
○ ♡ ○
Di
sekolah, aku bukan siswi yang aktif apalagi eksis. Tidak semua mengenalku, atau
mungkin mereka kenal tapi aku tak mengenalnya. Aku termasuk siswi yang memiliki
kepintaran yang bagus. Aku juga termasuk siswi berparas cantik alami. Dengan
bola mata berwarna hijau gelap keturunan dari Ayah, hidung yang lumayan
mancung, dan kulit kuning langsat yang bersih. Semua yang melihat mungkin akan
tertarik kepadaku. Mungkin. Tapi aku, seorang siswi yang bisa dikatakan pendiam
dan tidak mudah bergaul. Siswi yang bermulut pedas, sepedas sambal buatan Bi
Inah. Begini-begini, aku punya hati yang lembut dan kuat
menghadapi segala cobaan dari Tuhan (itu sudah semestinya). Dikelas, aku lebih
memilih menyendiri dengan buku-buku pelajaran dan novel-novel yang belum ku
baca, entah itu pinjaman ataupun milikku sendiri.
Aku kenal dengan senior
kelas 11 yang super kece, dia pun
mengenalku. Rangga Pradipto. Siswa ganteng nan manis dengan kulit sawo
matang-nya, mata lebar, bulu mata lentik, rahang yang tegas dan tubuh tegap.
Siswa yang sekarang adalah pemimpin modern
dance disekolahku. Dia merupakan cowok yang setiap memberikan senyuman
dapat membuat hati para siswi meleleh :D . Aku salah satu siswi yang ngefans berat dengannya. Aku pula siswi
yang beruntung dapat dekat dengannya. Banyak sih temanku yang bilang bahwa jika kami pacaran, kami adalah couple yang sangat cocok. Ceileh:D Betapa berharapnya diriku.
○ ♡
○ ♡ ○
Buyar
semua lamunan tentang Kak Rangga, setelah acara pertemuan dengan Farel nanti
malam lewat dibenakku. Bertanya-tanya aku dalam hati, kenapa harus malam-malam?
Jam 10 pula. Besokkan bisa bertemu disekolah. Cowok aneh -_- , nyebelin! Tapi
aku telah terlanjur dengan tidak sengaja berjanji bertemu dengannya. Ya....
Itulah yang terjadi.
Jam 19.30 aku
bersiap-siap. Masih lama sih
sebenarnya, tak apalah, sekalian mampir makan diwarung pinggir dekat Taman.
Sebelum pergi, aku menyusun seribu alasan agar dibolehkan keluar malam oleh Bi
Inah. Ayah Bunda belum pulang, jadi minta izinnya sama Bi Inah. Bagiku, Bi Inah
bukanlah sekedar pembantu, tapi dia telah kuanggap sebagai tanteku sendiri. Bi
Inah telah merawatku dan juga rumah ini selama kurang lebih 10 tahun. Bi Inah
juga tahu banyak tentang aku, ayah dan bunda. Jadi tak apa dong kalau Bi Inah
kuanggap sebagai tanteku?
Aku memakai celana
jeans balel ku lalu dipadukan baju berlengan panjang berwarnah putih tulang dengan tulisan
berwarna abu-abu. Aku mencepol tinggi rambutku dan memberi hiasan berupa jepit
rambut berbentuk love berwarna putih.
Aku juga membawa tas selempang kecil yang kuisi dengan alat-alat perempuan yang
dapat membantuku jika aku diganggu oleh sekawanan cowok yang tidak tahu diri.
Maksudnya untuk berjaga-jaga.
○ ♡
○ ♡ ○
Sepi.
Hanya ada beberapa lelaki dewasa yang berjalan-jalan dengan kekasihnya. Duduk
aku dibangku taman yang bersebelahan dengan lampu taman. Sambil menunggu, aku
berkhayal tentang kak Rangga, berharap dirinya disini, disampingku, menemaniku.
Lama
sekali aku menunggunya. 10 menit, 20 menit, 30 menit telah berlalu tanpa
kusadari. Dimana Farel? Farel tidak bisa menepati janji yang dibuat sendiri,
cowok nyebelin. hyeom-o! 3
Tak kurasa, Taman sekarang sepi sekali, dan disana, dipojok taman sana, ada
sekawanan laki-laki yang kelihatan dari postur tubuhnya seumuran denganku,
semacam Bad Boy mungkin. Salah satu
dari mereka melihatku, dan memberitahu kawannya yang lain. Dan sekarang, mereka semua melihatku!
Jantungku berdebar, takut. Gelisah. Mencoba tidak memperhatikan mereka lagi.
Mencoba cuek dengan mereka. Yang kurasakan sekarang adalah debar jantung yang
terasa lebih cepat, ketakutan.Mereka mendekat. Tidak! Dimana Farel? Dimana dia?
Kenapa tidak kunjung datang? Sudah 30 menit berlalu.
Mereka semakin
mendekat. Aku berdiri. Tidak sedikit pun menoleh ke arah mereka. Sedikit
melirik mungkin, agar aku tahu sekarang mereka telah menjauh atau malah
mendekat. Aku melangkah, lebih cepat, tapi tidak boleh terlihat gelisah. Agar
mereka tidak berlari mengejarku. Sampai diparkiran, aku memakai helm ku dan menstarter
motorku. Dengan cepat aku melajukan motorku. Membawa diriku jauh dari sekawanan
Bad Boy tersebut. Huft~...
Sampai dirumah, aku
langsung menuju istana pribadiku. Dan menenggelamkan tubuhku diatas ranjang
nyaman ini. Tanpa kusadari, aku kelelahan dan akhirnya tertidur nyeyak tanpa
memcuci muka ataupun mengganti baju
terlebih dahulu.
○ ♡
○ ♡ ○
Pagi
harinya, mukaku terlihat sangat kusam karena lelah. Matahari pun terlihat tidak
bersinar cerah seperti biasanya. Gumpalan awan hitam yang terentang menutupi
tiga per empat dari matahari pagi ini. Dengan sangat malas aku pergi kesekolah.
Selain karena masih kantuk, pelajaran disekolah hari ini juga menjadikan alasan
betapa malasnya aku pergi kesekolah untuk hari ini. Mengapa tidak? Sebab, guru yang
menjelaskan mata pelajaran, suaranya bervolume kecil, tidak terdengar jelas.
Ingin
diriku secepat mungkin mendengar bunyi bel yang mengakhiri pelajaran untuk hari
ini. “Teeetttt teet Teettt” Tuhan mendengar doa ku, dengan cepat Ia
mengabulkannya. Terima kasih. Sebelum aku keparkiran motor siswa untuk
mengambil motorku, aku kegerbang sekolah terlebih dahulu. Mencari seseorang
yang menjual roti bakar. Perutku sudah tidak dapat diajak kompromi.
Didepan
gerbang, aku melihat Farel seperti orang bodoh. Celingak-celinguk seperti
ketakutan. Apa karena perjanjian tadi malam? Dan tidak ingin melihat ku apalagi
menemuiku? Tapi, Aku telah melihat mu, Farel ..
“Farel!”
Terdengar suara teriakan ku. Yang merasa namanya Farel menoleh melihatku.
Tatapan mata tajamnya menatapku. Lalu kembali celingak-celinguk mencari
seseorang, dengan raut muka yang mengatakan, adakah yang melihatku saat ini?
Keobwa! 4 Farel mendekat. Langkahku berhenti,
kubiarkan dia yang mendekatiku. Aku tersadar tentang pikiranku tadi. Aku salah
menduga. Aku menganga melihatnya mendekatiku.
Farel menarik tanganku,
menjauhi keramaian. Ia jalan dengan cepat dan siaga, mengawasi sekitarnya.
Celingak-celinguk tanpa ku mengerti maksudnya. Dia menarikku menuju belakang
kelas 12 yang ada diujung sana. Sepi. Sekali. Tak ada siapa pun disana. Para
murid telah keluar dari lingkungan sekolah, menuju rumahnya masing-masing
mungkin, atau pergi hangout dahulu.
Farel menyandarkan tubuhku
kedinding bercat hijau tua itu. Ia mendekatkan wajahnya, hanya beberapa senti
depan wajahku. Farel melirik kekanan, lalu kekiri, membuatku makin tidak
karuan. Tanganku dingin, aku takut terjadi apa-apa denganku. Aku menelan ludah.
Dia menatapku. Tajam.
“Maaf tentang tadi malam.”
Farel berbicara dengan volume yang sengaja diperkecil. Diam. Hanya itu
Responku. Bertatapan dengannya dalam diam untuk beberapa detik. Refleks aku
mendorong tubuhnya. Otakku menyuruhku seperti itu. Dia terdorong mundur menjauh
dariku beberapa puluh senti. Hampir terjatuh, tapi dia masih bisa
mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Aku menutup mulut, mataku melebar melihat
apa yang telah kulakukan kepada cowok manis didepanku ini. Dia tersenyum sinis,
telihat samar lesung pipi disebelah kanan.
Aku
melangkahkan kakiku, menjauh, meninggalkan tempat itu. Tatapan kami bertemu.
Matanya melihatku dengan tajam, setajam silet. Ketika aku pergi menjauh. Dia
menarikku kembali. Menggenggam erat tanganku. Jantungku berdetak cepat. Seperti
kelinci yang bermain trampolin. Aku bungkam, menghentikan langkahku. Farel
mendekat, aku bisa merasakannya.
“Aku benar-benar minta
maaf. Aku tidak tahu jika semalam aku tidak bisa keluar karena sesuatu hal.”
Katanya.
“Seharusnya kamu jangan
buat janji kalau tidak bisa nepatin! Aku ini perempuan! Aku sendirian nunggu
kamu di Taman semalam! 30 menit lamanya! Kamu tahu tidak? Aku hampir saja
kenapa-kenapa tadi malam! Itu semua karena kamu gak datang! Untung Tuhan masih
sayang denganku..” Emosiku meluap, jantungku berdetak cepat.
“Maka dari itu aku minta
maaf sama kamu, cantik .... Yah yah?” Lagi-lagi Farel memohon maaf. Aku hanya
bungkam, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku menatapnya dalam beberapa detik,
lalu mengangguk pelan dan samar.
Terdengar suara langkah
yang sedang mendekat. Farel terkejut. Lagi-lagi dia menatapku tajam. Genggaman
tangannya terlepas. Farel melangkah kebelakang dengan pelan. Lalu dia membalik
badan, menjauh berlari pergi meninggalkan aku yang masih terdiam dalam bingung.
Apa yang terjadi dengannya? Gumam ku dalam hati.
Dari balik tembok, muncul
dua orang yang familiar. Ya, kak Rangga dengan Avi, cewek cantik dikelas 10C.
Aku terkejut. Aku terdiam beberapa saat. Mereka melihatku. Kak Rangga tersenyum
sinis sedangkan Avi hanya buang muka sambil menggenggam erat tangan kak Rangga.
Aku membalikan badan dan siap berlari kemana saja kakiku membawa. Mataku merah.
Perih. Sakit.
○ ♡
○ ♡ ○
Dirumah
aku tidak bisa membendung air mataku lagi. Air mata ku sudah terkumpul banyak
dipelupuk mata. Kutumpahkan semuanya bersama sakit hatiku melihat pemandangan
tadi. Handphoneku berdering. Aku
tidak peduli. Aku hapus air mataku. Tapi tidak dengan rasa sakit dihatiku,
karena aku tidak bisa menghapusnya. Aku mengambil air putih dimeja belajarku.
Aku meneguknya sampai habis. Setelah itu, aku melihat layar handphoneku. Terdapat satu panggilan
tidak terjawab dan satu pesan baru. Kubuka pesan baru itu.
From : 08137635****
Hai
cantik.. Maaf lagi nih tadi
ninggalin kmu sndiri tdi. Besok minggukan? Kamu ada acara gak nih? Jalan
yuk :D .. Aku tunggu ditaman kota yah ... Bye Bye ... See you, cantik .. !
(FAREL)
To : 08137635****
Awas klo nggak dtang yah! Jam 12 siang
udah dsana loh yah .. Nggak pake tapi-tapian!
|
Farel? Aha..!! Tiga permintaan itu.. Itu hal
yang bagus untuk saat ini.
○ ♡
○ ♡ ○
“Buset!”
Aku terkejut melihat diriku dicermin. Udah bangun kesiangan, rambut
acak-acakan, mata bengkak, hidung merah, dan lingkar hitamnya keliatan banget
pula. Kembali aku rebahkan tubuhku keatas ranjang sambil menunggu beberapa
waktu agar bengkak dimataku hilang.
Kulihat jam dinding ,
sudah jam 10. Aku ingat Farel. Janji bertemu itu. Tiga permintaan itu. Aku
melompat dari ranjang dan mendarat tepat didepan lemari pakaian. Kupilih-pilih
baju yang ada didalam lemari. Aku memilih baju kaos yang panjangnya diatas lutut
berwarna merah dan celana jeans. Aku juga akan memakai flat shoes berwarna biru langit. Rambutku akan kubiarkan terurai dan dihiasi topi rajut berwarna biru
langit.
Aku menuruni tangga dan
memasuki ruang makan. Terlihat ayah bunda duduk bergurau disana. Sedangkan bi
Inah sedang mengisi gelas bunda dengan air putih.
“Pagi ayah bunda tersayang
...” Sapaku dari kejauhan dan melangkah menghampiri mereka.
“Pagi sayang..”
“Pacar ayah mau kemana
nih? Udah cantik aja,” Ayah melirik sambil tersenyum.
“Hehe... iya nih, Vio ada
janji sama teman Vio mau jalan hari ini, yah ...”
“Ciie. Siapakah gerangan?” ----- “Apakah seorang
lelaki pujaan?” Bunda tertawa
“Ih.. apaan sih, bun..”
“Piiis.” Bunda mengangkat
jari telunjuk dan tengahnya. Mereka tertawa. Bi Inah pun ikut-ikutan tertawa.
“Hmm.. Vio berangkat
sekarang ya? Bolehkan?”
“Eh tunggu dulu.” Tahan
ayah.
“hmm?”
“Sisa uang sakumu cukupkah
untuk jalan sama pacar?” Ayah mengambil dompet disakunya sambil menahan tawa.
Aku melirik bunda yang senyum-senyum meledek. Aku mengambil uang disaku celana. Lalu uang itu aku terawang
dicahaya yang terang (Walaupun itu tidak diperlukan hanya untuk mengecek
nominal). Hanya 50 ribu rupiah. Aku tersenyum malu-malu kepada Ayah. Lagi-Lagi
ayah hanya tertawa. Dia mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan.
“Thank you ayah..” Aku
mencium pipi kiri ayah, lalu berjalan ketempat bunda dan mencium pipi kanannya.
Tidak lupa juga mencium tangan keduanya, ditambah tangannya bi Inah. “Daaah
semua! ... “ Lanjutku sambil meninggalkan ruangan.
○ ♡
○ ♡ ○
Aku
tidak mengendarai motor saat pergi ketaman kota. Aku lebih memilih naik taxi yang kebetulan sekali lewat didepan
rumah. Sampai di taman, aku melihat Farel sedang minum juice dikedai rumah makan itu. Style
yang bagus. Warna baju yang dia pakai pun kebetulan sekali senada dengan warna kaos ku. Manis, gagah, keren, WOW pokoknya. Tidak kalah kalau disamain sama kak
Rangga.
Aku melangkah
mendekatinya. Dia melihatku dan tersenyum. Manis. Cute. Seakan waktu ikut
terhenti saat melihat Farel tersenyum. Berdiri aku didepan meja tempat dirinya
meminum juice berwarna orange itu.
“Hei! Duduklah..” sapanya.
Aku hanya tersenyum dan duduk berhadapan dengannya. “Mau pesan apa? Mau makan
gak?” Aku hanya diam, tidak menjawab pertanyaannya. “Tenang.. Aku yang traktir,
cantik..” Lanjutnya sambil menatap penampilanku.
“Tidak, tidak perlu. Aku
pesan juice mangga aja.” Kali ini aku
menjawabnya. Dia tersenyum. Lalu memanggil pelayan dan memesan pesananku. Lalu
kami saling diam. Farel menatapku begitu pula aku juga menatapnya.
“Hei!” Kataku.
“Ya?”
“Kapan itu, kamu pernah
menawarkan tiga permintaan bukan?”
“Yap, wae?5 “
“Aku mau ambil satu
permintaan untuk saat ini.”
“Ya. Apa?”
“Aku ingin kamu
menghancurkan hubungan kak Rangga dengan Avi. Kamu tahu orangnya bukan?”
“Ya, aku tahu kok. Emang
ada apa dengan mereka?” dia menjawab dengan suara datar, ekspresi juga datar.
“Gak usah tanya itu!”
“Oh. Oke-oke.” Dia
menunduk, aku tidak mengerti kenapa. Perasaan dari tadi dia datar saja kok.
○ ♡
○ ♡ ○
Selesai
minum juice. Aku mengajak Farel pergi
menonton film drama korea terbaru di XXI. Dia hanya mengiyakannya saja,
walaupun dia tidak tahu genre film yang akan kita tonton.
#SampaiDisana
“Mau nonton apa emangnya?”
Tanyanya sambil melihat-lihat poster film dibelakang kaca bening yang dipajang
didepan XXI.
“sttt” Jari telunjukku
menutup mulutnya. Kedua matanya melihat jariku itu. Konyol. Wajahnya konyol!
“Jangan tanya. Aku pastikan kamu menyukainya.” Lanjutku.
“Jangan film drama-drama
cinta yang gak jelas loh!” Ekspresi wajahnya lucu sekali. Aku hanya tersenyum
licik sambil mengangkat kedua bahu. Dan
dia mendengus kesal.
○ ♡
○ ♡ ○
Selesai
menonton film yang aku pilih, aku melihat wajah Farel. Matanya berubah menjadi
merah. Hidungnya juga ikut memerah. Lucu. Farel menengok, dia menganga
menatapku dengan mata yang menyipit. Kenapa? Apa penampilanku sekarang juga
sepertinya? Farel tertawa pelan karena tidak tahan terus menahan tawa. Very
Cute.
“Kamu lucu dengan hidung
merah seperti itu. Kayak badut!” Katanya.
“Uh? Kamu juga!” Aku
mendengus kesal. Dia diam, lalu memegang hidungnya. Bingung. Mukanya memerah
karena malu. Aku tertawa kali ini.
“Seminggu kedepan liburan
semesterkan?” Katanya sambil melupakan hidung merahnya itu. Iya yah. Aku lupa
kalau besok libur. Raport semester satu dibagikannya setelah kembali masuk
sekolah.
“Ya, terus kenapa?”
“Terus, bagaimana caranya
aku menghancurkan hubungan mereka?”
“Ah, iya yah :3 . Ya
tunggu kembali masuk sekolah aja.” Dia mengangguk mendengar jawabanku.
“Jam berapa ini?” Lanjutku.
“Jam 6 sore. Kenapa?
Lapar?”
“I---iyaa.”
“Yuk!” Lagi-lagi dia
menggenggam erat tanganku lalu menarikku masuk ke dalam cafe mewah yang berada
tidak jauh dari XXI. Jantukku berdetak cepat. Sepertinya jantungku punya
trampolin baru deh!
○ ♡
○ ♡ ○
“Saat
liburan semester seminggu kedepan, ada acara apa aja? Bareng keluarga gitu
kah?” Tanyanya, lalu mengelap mulutnya dengan tisu yang tersedia dimeja kami.
“Emm. Tidak ada.”
“Loh? Emang kenapa?”
“Ayah bundaku walaupun
liburan, mereka tetap mengurusi usaha mereka masing-masing.”
“Jadi? Liburanmu monoton
banget dong?”
“Ya gitu deh. Saat aku
masih terjaga, mereka belum balik dari kerjanya. Saat aku terbangun dan kembali
terjaga, mereka telah kembali ke kerja mereka masing-masing.”
“Oh.. maaf ya.. Padahal,
kamu lebih membutuhkan kehadiran mereka daripada fasilitas yang lengkap. Tapi,
aku melihatmu bahagia-bahagia saja, semangat-semangat saja menjalani hari-hari
mu, walaupun sebenarnya keadaanmu seperti itu.”
“Tahu dari mana kamu? Kok
kayaknya tahu aku banget?”
“Ah.. umm.. Ti----Tidak.”
“Yasudahlah!”
“Bagaimana kalau liburan
ini kamu bareng aku aja? Jalan-jalan dikota ini aja. Biar gak monoton gitu
liburannya. Masak dirumah terus. Masak baca novel terus. Kalau gak mau juga gak
papa kok .. ?”
“Yakin? Benerkah?”
“Iya, cantik.”
“Okee.
“
○ ♡
○ ♡ ○
Hari
libur pertama, aku dan Farel pergi kepantai untuk menjernihkan pikiran kita
masing-masing sambil ngobrol ngawur ngelindur. Lalu kami pergi shopping ke pasar tradisional. Biasa.
Tapi sungguh mengasikkan. Aku bahagia untuk hari. Menjalani hari libur pertama
dengan cowok yang baru aku kenal beberapa hari yang lalu.
Hari libur kedua, aku akan
menajak Farel ke The Royal Couple.
Tempat dimana yang menjual segala bentuk benda super lengkap yang berkaitan
dengan couple.
“Mau apa disini?” tanyanya
saat turun dari taxi.
“Sudahlah. Aku yang
traktir kalau kesini.”
“Tapikan......”
“Sttt..” Spontan jari
telunjuk ku (lagi) menutup mulutnya. Dia diam, tak berkata apa-apa lagi.
Sepotong kata pun.
Sampai didalamnya, aku
menariknya ketoko baju couple. Aku memilih baju-baju yang cocok untukku dan
juga untuk Farel. Hari ini aku harus Senang. HARUS. Farel hanya bengong sambil
melihat gerak gesitku dalam memilah baju. Dan ya! Aku mendapatkannya. Baju
berwarna merah dengan garis-garis tidak rapi berwarna biru tua, ditengahnya
terdapat bentuk setengah hati dengan tulisan “Queen”. Dan dibaju Farel tertulis
“King”. Baju cocok dengan penampilanku saat ini yang dominan berwarna merah.
Aku membawa baju itu kekasir, Farel mengikuti ku dari belakang. Setelah selesai
bayar, Farel nyelonong pergi keluar toko butik couple ini. Untungnya dia kalah
cepat denganku. Sebelum dia keluar, aku lebih dulu menarik tangannya. Dia
menengok dengan wajah malas.
“Apa lagi sih?” Tanyanya.
“Nih, pake!”
“Apaan? Pake ginian?”
“Cepat!
Tuh, diruang ganti.” Kataku sambil menunjuk keruang ganti dipojok toko. Aku pun
juga akan mengganti baju. Farel
mendengus kesal sambil berjalan lambat (malas) kearah ruang ganti.
Selesai mengganti baju,
Farel lebih terlihat manis dari yang tadi. Pokoknya hari ini penampilannya
terlihat perfect deh.
○ ♡
○ ♡ ○
Tidak
terasa sekarang sudah jam 3 sore. Belum makan dari tadi siang pula. Farel
mengajakku makan dipinggiran. Katanya, makan dipinggiran lebih enak dari pada
makan junkfood . Ya emang bener
sekali, junkfoodkan tidak sehat.
“Vio?” Tanyanya sambil
menunduk
“Kenapa Rel?”
“Itu. Kenapa kamu ingin
menghancurkan hubungannya kak Rangga sama Avi?”
“Ah!” Aku terkejut mendengar
pertanyaan Farel. “A----aku, gak tau.”
“Patah hatikah kamu
mengetahui kak Rangga lebih memilih Avi? Padahal kamu sudah kenal dekat dengan
kak Rangga?”
“Tau darimana kamu kalau
aku dekat dengan kak Rangga?”
“Jika benar kamu patah
hati, percayalah itu adalah hal baik. Yang berarti kamu diberikan kesempatan
untuk mencoba sesuatu yang baru.”
“Ka---Kamu tau dari mana
aku dekat sama kak Rangga?”
“Itu .. Itu tidak penting,
cantik ...” Dia diam sesaat, lalu melanjutkan, “Hidup akan menjadi singkat bila
kamu hanya hidup didalam mimpi orang lain.”
Aku hanya diam. Tak sadar
air mata mengalir membentuk sungai kecil dipipiku. “Ketika hidup memberimu 100
hal yang membuatmu menangis, tunjukkan bahwa kamu punya 1000 hal yang dapat
membuatmu tersenyum.” Dia berkata lagi sambil mengusap airmataku dengan lembut.
“ Ayo kita pulang..” Dia menarik tanganku dan menghentikan taxi.
○ ♡
○ ♡ ○
Hari
ini, aku dan Farel tidak tahu mau kemana. Jadi, kita hanya membeli VCD film
horor dan menontonnya dirumahku. Tapi bi Inah lagi ngepel, jadi kita nonton
Filmnya dikamarku saja. Seharusnya, tidak bagus cowok masuk kekamar cewek. Tapi
dikamarku juga tidak ada hal yang super rahasia punya cewek kok.
“Wow! Selera kamar yang
bagus, vio .. “
“Thank’s. Jangan buka-buka
lemari apapun yang ada dikamar ini yah?”
“Sip”
“Rel?” Kataku saat film
sudah mulai. Aku lebih mendekatkan tempat dudukku kesebelah Farel.
“Kenapa?”
“Sepertinya kamu
mengetahui banyak tentangku.”
“Ah” ------- “Emang
kenapa?”
“Jujur aja. Dari mana kamu
tau tentang aku? Kali ini aja aku mohon kamu ceritain!”
“hmm.. Nanti kamu marah?”
“Ya gak mungkinlah.
Kejujuran seseorangkan harus dihargai.”
“Iya sudah. Oke oke .. Aku
mulai yah?” Aku mengangguk “Aku ini sebenarnya adalah sepupunya kak Rangga.”
“Hah?”
“komen nya nanti aja.
Tunggu selesai.”
“Iya...”
“Dan aku adalah penggemar
rahasiamu dulu, dari awal kita baru masuk sekolah. Aku penggemar sang wanita
cantik dari kelas 10A. Dulu, aku pernah mau mendekatimu, tapi kak Rangga tidak
suka. Kak Rangga mengancamku untuk tidak mendekatimu lagi. Kak Rangga bilang,
kalau kamu hanya miliknya seorang. Jika aku tetap keras kepala mencoba
mendekatimu, dia akan bilang yang aneh-aneh keorang tua ku. Dan aku akan
dipindahkan keluar negri, sendirian. Jadi aku hanya bisa mengagumimu dari
belakang. Mencari apapun tentang kamu. Maaf yah.” Dia diam sesaat dan
melanjutkan “Suatu kehormatan dapat pergi dan jalan bareng kamu.”
“Tapi, kalau kak Rangga
juga menyukaiku, kenapa dia memilih Avi?”
“Avi anak orang kaya. Ayah
nya adalah pemilik perusahaan terkenal diluar negri, tidak tahu tepatnya
dimana.”
“Jadi kak Rangga matre?”
“Iya.” Dia menunduk.
“Dan sekarang, kamu kenapa
berani mendekatiku?”
“Karena kak Rangga gak
berhak mengatur hidupku lagi. Dia juga sudah punya Avi.”
“Jadi, malam itu, yang
kamu minta kita ketemuan di taman kota jam 10 malam, tapi kamu gak datang,
berarti karena kak Rangga?”
“Iya. Kak Rangga
melarangku pergi malam itu. Padahal siangnya kak Rangga bilang mau jalan malam
itu sama teman-temannya. Tapi gak jadi.”
“Hmm.” Sekarang giliranku
menunduk.
○ ♡
○ ♡ ○
Hari
keempat diliburan semester, hari dimana setelah kejujuran Farel terungkap, dan
sekarang dia menghilang. Aku tidak peduli! Hari liburan yang keempat dan kelima
menjadi hari-hari monoton, tidak ada Farel lagi. Farel oh Farel. Aku kangen
kamu. Kamu dimana? Kenapa menghilang? Telponku tidak pernah kamu angkat, sms
pun tidak dibalas, email ku aja tidak kamu hiraukan. Kamu dulu pernah bilang,
Rel, bahwa aku harus menunjukkan 1000 hal yang dapat membuatku tersenyum. Kamu
tahu tidak? Kamu salah satu dari 1000 hal yang dapat membuatku tersenyum
melupakan segala masalahku, segala kehidupan ku yang monoton. KAMU, Farel.
Sepi. Sendiri. Terduduk
memeluk boneka yang kau beri saat di The
Royal Couple waktu itu. Menangis. Melihat bayangmu disini. “Tuhan, dimana
kau sembunyikan Farel ku? Aku rindukan dirinya, Tuhan .. Balikan dirinya, dia
milikku.” Aku menunduk, air mataku jatuh membasahi boneka itu. “Tuhan, jujurku
menyayanginya.. Aku menyukainya.. Sekarang dia pergi, meninggalkan aku sendiri,
kesepian disini.. Tuhan, peluk aku, tenangkan diriku.” Kali ini aku menarik
nafas, mengusap air mataku, mencoba merasakan sisa genggamannya DULU. Aku
bernyanyi,
Takku
mengerti, mengapa begini...
Waktu dulu, ku tak pernah merindu ..
Tapi saat semuanya berubah ..
Kau jauh dariku, pergi tinggalkanku ..
Mungkin memang ku cinta..
Mungkin memang ku sesali..
Pernah tak hiraukan rasamu, dulu ..
Aku hanya Ingkari,
Kata hatiku saja..
Tapi mengapa, cinta datang
terlambat ..6
Bukannya
tenang seperti biasanya, air mataku malah mengalir lagi. Aku tidak tahu harus
apa lagi, aku memilih tidur. Esok paginya aku akan mencari dirumahnya Farel,
tapikan aku tidak tahu dimana rumahnya. Ah sudahlah! Aku tak tahu!
“Bunda... Viola PU to the
SING, PUSING!!”
○ ♡
○ ♡ ○
Hari
ini, hari keenam liburan sekolah, aku akan kepantai untuk menjernihkan
pikiranku, sendiri saja tak apa. Sampai disana, pantai ini terlihat sepi, atau
mungkin yang liburan berpindah kemall
untuk mencari peralatan sekolah? Tak tahulah .. Di ujung pantai sana, ada
belasan balon berwarna-warni yang siap dilepaskan keudara. Mungkin.
Aku duduk dipasir putih
nan bersih ini, sambil kakiku memainkan ombak air yang datang. Ku lihat diujung
sana, batu karang yang besar melawan ombak laut yang datang. Ombak laut
terlihat indah menari-nari, menggulung. Berwarna biru. Pohon kelapa pun
terlihat bahagia menari-nari terkena hempasan angin pantai. Lagi. Aku
mendengarkan lagu Maudy Ayunda yang semalam aku nyanyikan. Air mataku berurai
lagi. Tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundakku dari belakang. Aku
menengok tanpa mngusapkan air mataku terlebih dahulu. Farel. Iya, Farel disini.
Memegang belasan balon berwarna-warni yang tadi berada diujung sana.
“Fa----Farel?”
“Hai, Vio. Sedang apa?”
“Farel! Kenapa kamu pergi!
Aku kesepian tau gak.. Kamu kemana aja? Di telpon gak diangkat, disms gak
dibalas. Aku gak mau kamu pergi, rel ... “ Celotehku, lalu memeluknya, erat dan
dia membalas pelukkanku.
“Maafkan aku, Vio. Kamu
tahu gak? Kak Rangga putus dengan Avi. Tugasku selesai. Dan kamu boleh
bergembira sekarang.” Aku menggeleng dengar kata-kata Farel.
“Tidak. Aku tidak bahagia!
Aku bahagia kalau kamu ada disini, disampingku, bersamaku!”
“Dan kamu tahu tidak? Saat
kita di The Royal Couple, kak Rangga
ternyata juga lagi disitu. Kak Rangga, kemarin lusa, saat telah putus dengan
Avi, dia mengadu keorangtuaku bahwa aku pernah mengikuti balapan liar, yang
sebenarnya aku tidak pernah lakukan. Tapi aku bisa membela diri. Dia juga tidak
punya buktinya toh. Jadi aku yang
menang , yeee..” Katanya sambil tersenyum.
“Aku
gak peduli. Yang penting kamu disini bersamaku saat ini. Dan tidak meninggalkan
aku lagi.” Aku memegang erat lengan Farel. “ Farel..?”
“Ada apa?”
“Permintaanku masih
tersisa dua bukan?”
“Iya, kenapa? Mau minta
apa?”
“Yang pertama,
------------- Aku ingin kamu tidak akan meninggalkan aku untuk yang kedua
kalinya.”
“Tidak, tidak akan
kutinggalkan dirimu lagi, cantik .. yang kedua?”
“Aku ingin ------ kamu
jadi pacar ku” Aku menunduk, mukaku merah malu.
“Benarkah? kau memintaku
seperti itu?”
“I---iya. Mau tidak? Tidak
juga tak apa ..”
“Gak! Aku mau kok!” Dia
memelukku erat. Dia melanjutkan “Aku janji tidak akan meninggalkan kamu lagi.
Walau dunia memisahkan kita. Aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Aku akan
terus berada disampingmu, kapan pun, dimana pun.” Dia menyuruhku memegang tali
balon warna-warni itu. Lalu menyuruhku melepaskannya dengan bersamaan. Dan Saat
balon terbang keangkasa luas, Dia mencium pipi kiriku. Aku terkejut, lalu
tersenyum malu. Muka ku merah padam menahan malu. Lalu aku memeluknya, lagi.
Akhirnya
dia membuat hidupku tidak monoton lagi. Ada dia kapanpun aku membutuhkannya.
Dia membawa perubahan dalam hidupku. Aku senang. Bahagia. Awan juga terlihat
bahagia dengan warna putih bersihnya. Hujan pun merasa bahagia melihatku
bahagia, ia mengguyurkan airnya ketanah bumi dengan riangnya. Pohon pun ikut
menari bahagia diterpa angin sepoi-sepoi ini.
Terima kasih, Tuhan. Engkau
telah memberikan permata yang tidak ternilai harganya. Aku menyayanginya. Tak
akan kusia-siakan dirinya. Tak akan. Aku berjanji, Tuhan. Aku akan menjaga
permata indah ini.
(Ah.. Ah..
Ah..) Aku jadi milikmu ..
(Ah.. Ah.. Ah..) Senangnya hatiku ..
(Ah.. Ah.. Ah..) Aku semakin jatuh,
Jatuh hati padamu .... 7
♡⤞Happy
Ending⤝♡
1. Sialan
2. Maafkan aku
3. Sebal!
4. Lihat!
5. Kenapa?
6. Maudy Ayunda
– Cinta Datang Terlambat
7. Blink –
Jatuh Cinta Lagi